Sekedar Analisa, Bukan Cicak vs Buaya

Saya bukan pengamat politik, pengamat hukum, pengamat ekonomi dan pengamat-pengamat lainnya. Saya hanya masyarakat biasa, masyarakat yang sedikit banyak tahu tentang peristiwa hangat yang terjadi di negeri ini. Saya juga masyarakat biasa yang mencoba menganalisa sesuai kemampuan (bukan mengamati atau menelaah) apa yang saya tahu. Semoga tidak akan ada resiko karena tuisan ini. :)

Seperti yang kita ketahui bersama, kemaren pagi wakil ketua KPK bapak Bambang Widjojanto (BW) ditngkap oleh pasukan Bareskrim Mabes Polri. Dan, berikut analisa 'sesuai kemampuan' saya..
  • Bapak BW ditangkap saat mengantarkan anaknya ke sekolah. Beliau memakai sarung, baju koko dan berkopiah putih. Kenapa harus 'ditangkap' atau 'diciduk'? Terkesan sangar! Semoga media tidak berlebihan dalam pengolahan kata tentang kasus ini. 
  • Penangkapan bapak BW juga dilakukan didepan sekolah anaknya yang masih berusia 10 tahun dan diborgol saat puterinya Izzat Nabila masih berada didalam mobil. Semoga si kecil tidak mengetahuinya dan Neng Izzat bisa melanjutkan pergi ke sekolahnya..
  • Para pasukan Bareskrim Mabes Polri, kabarnya membawa surat penangkapan dan penggeledahan meski surat pengeledahannya tidak diberitahukan. Saya memang tidak tahu pasti administrasi penangkapan seseorang tersangka kasus hukum, tapi kan biasanya dilakukan pemanggilan lebih dulu? 
  • Dari beberapa keterangan, disebutkan juga bahwa bapak BW menolak untuk diborgol dengan tangan dibelakang. Kok serem banget ya, sampek diborgol tangan kebelakang segala! Kayak teroris.. 
  • Selain diborgol tangan kebelakang, bapak BW juga diancam akan diplaster mulutnya jika banyak komentar. Astaghfirullah... Yang sudah jelas-jelas bersalah aja gak begini-begini amit kok cara penangkapannya.
  • Setelah beberapa waktu bapak BW diperiksa, para kuasa hukum harus berdebat sekitar satu jam dengan penyidik untuk bisa berkomunikasi dengan klien-nya. Meski setelah perdebatan itu, akhirnya mereka diberi waktu lima menit. Hah? Lima menit? Kayak lagu dangdut aja..
Sebenarnya ini hanya beberapa analisa saja, yang lain masih banyak sampai akhirnya Bapak BW dibebaskan dini pagi tadi. Saya hanya sepakat dengan apa yang disampaikan oleh bapak Effendi Ghazali kemaren pagi disalah satu stasiun tv swasta. Ia menyapaikan bahwa, akan bayak asumsi publik tentang penangkapan petinggi KPK ini. Baik yang positif dan negatif. Tapi dari beberapa komentar beliau lebih banyak mengarah kepada menyalahkan penangkapan bapak BW yang tidak manusiawi. "Saya siap untuk disalahkan, karena ini asumsi publik", kalimat ini diucapkannya berulang kali

Lalu, diataskah asumsi saya?
Ya! Itulah asumsi saya untuk penangkapan bapak BW ini.
Opsss... Dalam tulisan ini tidak akan Anda temukan hashtag #SAVEKPK, #BEBASKANBW, #SAYAKPK dan sebagainya. Lebih-lebih tulisan tentang Cicak vs Buaya seperti yang banyak ditemukan pada judul tulisan media online. Tapi saya akan selalu mendukung untuk kebaikan semua, baik untuk KPK dan POLRI lebih-lebih untuk Indonesia, jadi dalam tulisan ini, Anda akan menemukan hashtag #SAVEINDONESIA. :)
Karena sebelumnya sudah saya jelaskan bahwa ini hanya analisa sesuai kemampuan. So, damailah negeriku..

#SAVEINDONESIA bukan tulisan Cicak vs Buaya
JANGAN LUPA, BAGIKAN TULISAN INI
TULISAN MENARIK LAINNYA

14 Komentar untuk Tulisan
"Sekedar Analisa, Bukan Cicak vs Buaya"

  1. Setuju mas. Sebenarnya masalah ini merupakan masalah lawas dimana dua institusi di negeri ini selalu bergesekan, KPK vs POLRI. Sungguh aneh memang. Jelas masyarakat membuat hastag save KPK, yang notabene masyarakat lebih mendukung KPK! Namun hal esensi menurut saya adalah Save Indonesia, agar semua merasa damai, aman, tentram dan sentosa.

    Semoga ke depannya lagi gak ada masalah-masalah seperti ini yang mencuat kembali. Aaamiiin...

    Nice share...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin..
      Hashtag Save Indonesia sebenarnya sudah lama ada, tapi untuk saat ini hashtag ini akan lebih penting kiranya dari pada hashtag-hashtag yang lain..
      Ketika hanya satu yang didukung kok rasanya ada yang aneh, makanya saya dukung hashtag yang global.. :)

      Terimakasih sharingnya mas..

      Hapus
  2. Entah ya mas semuanya berawal darimana. Tapi, jujur saya bukan pemilih presiden yang skrg saat pemilu kemarin, karena saya kira memang akan dikontrol oleh si "ibu". Yaa mau gimana lagi skrg kan sudah terjadi, saya wajib mendukungnya sebagai WNI yang baik.

    Tapi yang ngga enaknya, kalo saya ikut mengkritik pasti langsung dikira saya adalah barisan sakit hati pendukung pak wowo :p Padahal ngga sedikit jugak barisan pendukung pak wiwi yang skrg menyesal telah memilih dia :/ Semacam ada standar ganda dalam hal ini. Ah, tapi aku cuma masyarakat biasa, ga ada kapasitas buat kritik orang besar ^_^ eheheh

    Happy weekend mas Rosyid~

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah, lho.. Kok sampe ke bapak-bapak dan ibu itu, Jal.. :)
      Tapi, jangan bilang-bilang ya, Jal.. Saya bukan pemilih bapak itu juga kemaren. Hehehe

      Ya, kita hanya masyarakat biasa.. :D
      Ntar kalau komentar yang macem-macem dikira sok kritis, mending gak banyak komentar..

      Terimakasih, Jal atas komentarnya..

      Hapus
  3. sebenarnya ini emang masalah lawas,,
    inget saat antasari masih ketua kpk dan menangkap besan sby,,,
    pas simolator sim yang menyeret jendral ,, kalau gak salah orang kpk namanya novel baswedan,, di tangkap juga,,,
    saya baca di kaskus sih ada 5 kasus yang "seperti ini"
    ah, sudahlah,, kalau menyangkut "orang besar" kemungkinan akan ada serangan balik buat yang berani mengusut,,
    ini hanya sekedar asumsi saya saja,, :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya, mas.. Jangan terlalu jauh komentarnya. Takut diusut juga.. :)
      Jika kasusnya ada lima, kabar yang saya baca, Cicak vs Buayanya sudah jilid 3 lho.. Hehehe

      Terimakasih, atas asumsinya, mas..

      Hapus
    2. aaaakk,, saya bukan mas mas iih tapi mbak, mbak,, hhuhuhuuh

      Hapus
    3. Eh, maaf ya.. Maaf banget.
      Saya tak begitu teliti kemaren membaca nama profilmu, saya pikir waktu itu namamu "Ijlal Doank". Dan kebetulan dirumah, saya punya ponaan cowok yang namanya Ijlal, jadilah saya beranggapan kamu "mas".. Hehe
      Sekali lagi, maaf ya, mbak IIL AJAH.. :)

      Hapus
    4. hah ijlal? aduuh jauhnya,, :p
      iya gak apa2 ko mas,, udah biasa sih sebenarnya ada orang yang salah manggil malah kadang suka dipanggil ijah >.<

      Hapus
    5. aduh maaf ya mas,, jadi oot gini komentarnya :D

      Hapus
  4. Saya baca dan setuju dengan asumsi mas nya hehe. Tapi saya ga berani komentar terlalu jauh ah, ntar ditangkap juga kan serem :')
    Anyway, salam kenal ya mas.

    BalasHapus
  5. ngeri saya lihatnye hehe..apalagi foto2 pas di borgol,heum

    BalasHapus
  6. Bener gan, #SaveIndonesia yang harus diutamakan... demi keutuhan berbangsa dan bernegara...

    BalasHapus
  7. Dan sampai februari, msh belum beres.... Kalo aku, hambuh karepmu

    BalasHapus